Integritas adalah kata yang berasal dari kata latin “Intiger” yang berarti utuh dan lengkap. Jadi integritas membutuhkan perasaan batin yang mengungkapkan integritas dan konsistensi karakter. Singkatnya, integritas berarti konsep konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap jujur dan adil atau benar dalam tindakan seseorang.
Apalagi definisi integritas menurut para ahli tidak terlalu jauh dari definisi yang kami usulkan sebelumnya. Seorang ahli mendefinisikan integritas sebagai tiga hal yang selalu dapat kita pegang teguh: tetap berkomitmen, jujur, dan melakukan sesuatu secara konsisten.
Ada juga yang mengartikan integritas berasal dari bahasa latin yaitu integrate yang artinya komplit atau tanpa cacat, sempurna, tanpa kedok. Secara sederhana, integritas menunjukan keteguhan sikap menyatukannya perbuatan, dan nilai-nilai moral yang dianut oleh seseorang. Orang yang memiliki integritas tidak akan tergoyahkan oleh godaan untuk mengkhianati nilai-nilai moral yang diyakini.
Di dalam ajaran agama islam, sikap integritas tercermin di dalam diri Nabi Muhammad SAW. Beliau memiliki integritas yang sangat tinggi yang ditujukan dalam sikap dan perbuatannya. Nabi Muhammad SAW menyandang gelar “Al Amin” yang artinya dapat dipercaya, dikarenakan keteladanan Nabi Muhammad SAW, bersikap amanah, dapat dipercaya, dan juga jujur. Gelar ini diberikan oleh penduduk mekah secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW.
Ajaran islam juga mementingkan untuk membangun integritas sejak dini. Karena ketika membangun integritas sejak usia dini, semakin kuat ditanamkan nilai-nilai integritas dan mudah terbentuk nilai-nilai kebaikan dalam diri. Nilai integritas ini mencakup kejujuran, ketulusan, konsistensi, dan kemampuan untuk berpegang pada nilai-nilai etika tanpa kompromi.
Menanamkan integritas pada anak merupakan langkah awal yang krusial dalam membentuk karakter yang kuat dan bertanggung jawab di masa depan. Dikutip dari Inspektorat Jenderal Kemendikbud Ristek (2023), Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menanamkan integritas pada anak:
Teladan dari Orang Tua dan Guru
Dorong Komunikasi Terbuka
Berikan Pengertian tentang Pentingnya Integritas
Bermain Peran dan Penguatan Positif
Ajarkan Mengenai Konsekuensi
Dorong Tanggung Jawab atas Kesalahan
Beri Apresiasi atas Tindakan Jujur dan Tanggung Jawab
Terkait proses membangun integritas sejak dini dengan membiasakan pribadi untuk jujur dalam mengerjakan ujian sekolah dengan cara tidak mencontek, sempat viral di akun TikTok @intannkusumaaa seorang guru SD di Surabaya, Jawa Timur bernama Intan Kusuma yang meminta anak-anak didiknya memakai topeng ketika mengerjakan ujian matematika agar tidak bisa mencontek. Uniknya, anak-anak didiknya kompak memakai topeng dengan beragam karakter. Dalam video berdurasi 20 (dua puluh) detik itu terlihat para siswa memakai topeng karakter fiksi Optimus Prime, Spiderman, Vendetta, Batman, dan Hulk.
Intan Kusuma pun menulis caption pada akun TikTok nya, ‘cukup efektif untuk mengurangi nyontek yaa, karena kalo lihat temennya pasti ketawa, next kita ulangan model gimana lagi yaaa.’ Para siswa terlihat tidak berkutik dan tidak bisa menyontek karena memakai topeng. Postingan tersebut langsung viral di media sosial dan sudah ditonton lebih dari 6 (enam) juta kali, netizen langsung membanjiri kolom komentar dengan pujian untuk ide kreatif Intan Kusuma. Intan Kusuma menjelaskan tidak memaksa anak muridnya membeli topeng sehingga memberatkan secara ekonomi, ada anak murid yang membuat topeng sendiri bahkan ada yang tidak membawa topeng.
Pemakaian topeng saat ujian juga tidak berlangsung satu jam penuh. Melainkan hanya 10 menit. Sebab, Intan Kusuma menyadari siswanya pasti gerah dan meminta melepas topeng kemudian mengerjakan ujian seperti biasa.
Aksi guru berusia 29 Tahun ini mendapat respon positif dari siswanya. Bahkan menurut Intan Kusuma, metode ini cukup efektif digunakan saat ujian sehingga siswa tidak saling tengok. “Pertama kaget (siswa), ketawa lihat temannya. 10 menit itu efektif enggak noleh-noleh, karena kalau noleh ada suara tertawa dan fokus ke ujian masing-masing, “ucap Intan Kusuma”.
Bukannya kapok, siswa justru ketagihan memakai metode unik dan seru seperti itu. Bahkan, ada siswa yang bertanya kepada Intan Kusuma akan membawa dan memakai apa lagi ke sekolah ketika ujian sekolah. “Kita besok ulangan pakai apalagi, Bu?” ujar siswa Intan Kusuma. Gimana kalau kita pakai helm? Jawab Intan Kusuma. “Oh iya boleh, Bu, mungkin mereka pasti mikir nilainya belum tentu bagus dan belajar mengerjakan secara mandiri tapi tetap happy menjalani ujian,” cerita Intan Kusuma.
Sementara wali murid sejauh ini tidak ada yang komplain dan justru mendukung. Intan Kusuma mengaku pembelajaran dengan metode menyenangkan untuk siswa ada banyak. Intan Kusuma berharap tenaga pendidik mencoba model pembelajaran terbaru yang membuat siswa senang berada di sekolah sambil menanamkan nilai integritas yang semuanya dilakukan siswa sendiri tanpa bantuan orang tua.
“Sebagai guru, metode apa saja, model apapun menyesuaikan siswa supaya mereka senang, pelajaran sulit tapi nyaman, senang di sekolah, tidak menjadi “hal yang menakutkan”, apalagi pelajaran matematika, ujar Intan Kusuma.
Intan Kusuma berharap sesama pendidik perlu mencoba model pembelajaran yang dirasa cocok untuk siswa. Meski berbeda dan memulai dengan gebrakan baru, tujuannya tetap sama, yakni membuat siswa senang saat belajar di sekolah dan menanamkan integritas untuk siswa. “jangan menyerah, nyeleneh dikit enggak papa pokoknya yang penting anaknya happy, bapak ibu guru happy, dan wali murid tidak complain. Jangan takut berinovasi, kita pasti punya cara agar anak-anak nyaman dan tenang,” ujar Intan Kusuma.
Source: https://www.detik.com/jatim/berita/d-7628154/fakta-siswa-dan-guru-di-surabaya-pakai-topeng-saat-ujian-bikin-ngakak